Sunday, December 25, 2016
Menjaga Kemurnian Aqidah di Tengah Perayaan Natal (ILMU & IMAN)
Kembali lagi di penghujung Desember, maka kita akan menemui liburan panjang dan pergantian tahun masehi yang dibarengi dengan peringatan Natal pada tanggal 25 Desember 2016.
Lalu bagaimanakah kita sebagai umat Islam menyikapinya. Sudah jelas larangan Allah untuk ikut dalam perayaan. Mengucapkan kata "Selamat Natal" saja adalah bentuk ungkapan pelanggaran aqidah dalam Islam. Maka bagi ikhwanul muslimin yang masih tidak mentaati peringatan Allah, maka berikut renungan yang perlu kita pahami sebagai seorang muslim.
# Pesan Teruntuk Ikhwanul Muslimin
ILMU & IMAN
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Sahabat, jika ilmu mu sudah tinggi, pantaslah aku hormat dan menjadikanmu guru bagiku. Sahabat, jika imanmu sudah kuat maka jadikanlah aku teman baikmu dalam ketaatan kepada Allah.
Tapi,
bukan untuk mengajarimu, aku hanya ingin berpesan sebuah hal dan sejenak tolong dengarkanlah.
Kamu mungkin bisa melihat ke dalam jiwamu tapi kamu perlu juga melihat keluar. Kamu perlu melihat sekitarmu, kamu perlu melihat diseberang rumahmu, kamu perlu melihat jauh di batas pandanganmu.
Ketahuilah, umat Islam itu amatlah beraneka ragam. Ada yang kuat ilmunya kuat imannya. Ada yang kuat ilmunya lemah imannya. Dan ada yang lemah ilmunya lemah imannya. Tapi tidak akan pernah kau temui yang lemah ilmunya kuat imannya.
Maka dari itu,
Jika engkau merasa ilmumu dan imanmu sudah benar lakukan lah apapun yang engkau mau. Kejarlah duniamu. Kejarlah harapan-harapanmu. Kejarlah pemikiran-pemikiran duniamu. Aku tidak akan pernah mempersalahkannya.
Tapi, kalau engkau tidak yakin dengan itu, maka kembali lah belajar.
Kemana harus belajar?
Belajar lah kepada sumber ilmu. Tuntutlah ilmu dari ahli ilmu. Teguhkan imanmu kepada waliyAllah yaitu ulama, warisatul anbiya' (pewaris para Nabi). Hormatilah gurumu, jadikan panutan, dan jangan pernah engkau hinakan Ia. Karena setitik kesombongan itu akan menutup pintu hatimu menerima cahaya ilmu kebaikan yang Ia berikan.
Sahabat,
Ketika kamu belajar nanti, maka akan kamu temui mereka berlaku keras dalam menanamkan akidah. Mereka akan tegas dalam hal keimanan. Kenapa? Karena itu adalah pondasi bagi mu untuk ilmu-ilmu yang lainnya. Jika pondasi ini lemah maka tidaklah ada artinya ilmu-ilmu diatasnya.
Kita bisa lihat sekarang betapa iman umat Islam terus diuji kemurnian akidahnya. Umat lain dengan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan terhadap akidah mereka di lisan dan hati kita. Tapi tidak semua umat Islam sepertimu. Tidak semua umat Islam kuat imannya. Banyak di antara kita yang masih belajar. Lihat lah anak-anak kita masih belajar tentang akidah. Jangan atas nama toleransi kita tabrak semua batas itu. Takutlah ketika sudah tidak ada yang menjaga anak-anak kita mereka tidak dapat membedakan mana yang hak mana yang bathil. Mana agama yang benar, mana agama yang salah. Takutlah ketika mereka menganggap semua agama benar.
Karena sungguh tidak ada agama disisi Allah selain Islam.
Ingatlah! karena dengan sedikit kata yang engkau sebut "*Toleransi*" inilah mereka mulai meninggalkan Islam.
Mereka mulai dengan mengucapkan kata "Selamat" itu. Mereka mulai menerima ajakan dalam perayaan yang terlihat biasa2 saja bagimu. Namun perlahan mereka menganggap inilah kebaikan Islam. Mereka berkawan dan menjadi bagian kefasikan.
Ikhwah, Islam memang rahmat bagi semesta alam. Rasulullah mengajarkan berbuat baik dan toleransi terhadap non muslim. Beliau pun bermuamalah dalam urusan dunia seperti yang kita lakukan sekarang. Tapi ingatlah, Rasulullah tidak pernah mengajarkan kita untuk bekerjasama dalam urusan akidah dengan umat lain. Tentu engkau lebih paham hal ini. Maka dari itu, ingatlah saudara kalian ini yang sedang belajar ketika engkau hendak mengajari kami "toleransi". Karena kami dan anak kami adalah orang yang belajar, saudara kami masih banyak yang lemah imannya. Kami Islam tapi belum bisa berargumen keyakinan akan ke-Islaman kami. Lindungi dan ajarkan kami.! Jangan kemudian kami ragu.
Ikhwah, terakhir pesanku untukmu sahabatku yang tinggi ilmunya-kuat imannya.
Jika nanti engkau bertemu Allah, maka minta ampunkanlah dosaku, dosa anakku dan keluargaku yang tak mampu aku tolong atas keterbatasanku. Mereka sekarang Islam tapi sudah meninggalkan amalan Islam. Aku bahkan sekarang melihat ulama-ulama Islam berjuang menyelamatkan akidah tapi sebagian besar dari kami acuh tidak mendengarkan. Bahkan sebagian saudaraku malah melemahkan ucapan mereka bahkan mengolok-olok mereka. Mereka disebut kuno, ketinggalan zaman dan tidak toleran. Kami lupa bahwa mereka adalah wali Allah. Kami telah sombong oleh pangkat, gelar dan ilmu kami. Kami lupa harus melindungi saudara kami yang masih belajar.
Jangan biarkan di akhirat nanti kami menanggung atas kelalaian kami. Kami sungguh takut akan azab Allah.
Semoga Allah mengembalikan, mengokohkan iman di dada kami dan mangampuni kelalaian ini. Amin.
Yogyakarta, 25 Desember 2016
Afdhil Hafid (seorang fakir ilmu yang sdg belajar menjadi muslim sejati)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Buku Saku 'ISI PIRINGKU' - Health Promoting University (UGM)
Isi Piringku: Investasikan Kesehatanmu untuk Hari Tua Buku Saku ini bertujuan mengkampanyekan pola makan sehat dengan pemenuhan gizi seimban...
-
LOGO UMRI TERBARU 2018 Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Pekanbaru yang berdiri sejak tahun 2008 melakukan perubahan logo dari logo lam...
-
Salah satu fitur di pengolah kata Microsoft Word (Word) yang berguna bagi para editor adalah pelacak perubahan ( track changes ). Dengan fit...
-
AI-image Produced Moderasi beragama bukan hanya tentang hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga bagaimana ajaran agama dapat mendorong kita ...
No comments:
Post a Comment