Saya yakin, siapapun yang pernah bertemu beliau secara langsung akan takjub dan iri dengan ketawadhu'an beliau.
Hangat, bersahaja dan bagi kami saat itu sebagai mahasiswa perantauan beliau layaknya orang tua kami sendiri.
Meski secara pribadi saya tidak terlalu mengenal beliau secara intens, namun dari menghadiri mimbar-mimbar kajian, khutbah jumat, tarawih dsb kita akan merasa amat dekat dan sungguh sangat mengenal beliau.
Maka, jadwal khutbah jumat, Id, ceramah tarawih itulah menjadi hal yang sering kami tunggu (para mahasiswa) jika beliau sedang berada di sekitaran tempat tinggal (kos) atau masjid-masjid dekat kampus agar bisa disambangi dan tidak melewatkannya.
Dari buku-bukunya, bahan ajar kuliahnya, kita juga akan melihat kecerdasan dan ketegasannya dalam pandangan akidah dan keIslaman.
Mengingatkan kita dengan sosok Buya Hamka, cendikiawan Minang yang tak ada gantinya.
Prof Yunahar hadir sebagai tokoh asli Minangkabau yang harum namanya di era edukasi di negeri penuh damai, kota pelajar, Yogyakarta.
Karakter yang kuat membuat beliau dipercaya menjabat poros fundamental di Muhammadiyah dan MUI.
Takjubnya, beliau biasa saja dengan semua jabatan itu.
Ahh..
Kami bangga dan kami pun salut di tengah kesibukan beliau saat itu, pada tahun 2016 menyempatkan hadir di kajian kami yang sederhana di Kaliurang.π
Pada akhirnya, jika mengingat betapa berharganya ulama di zaman sekarang, maka seakan tak rela rasanya jika Buya Yunahar harus pergi.. dahaga ini rasanya belum lepas dengan ilmu dan petuah dari sosok seperti beliau..
Namun, sungguh setiap kejadian Allah memberikan hikmah dan pelajaran bagi kita yang tinggal.
Kita hanya bisa mendoakan semoga Allah mengangkat derajat keluarga beliau, melapangkan dan memuliakan Buya, dan semoga Allah pertemukan kita kelak dengan guru-guru kita tercinta...
Allahuyarham π
No comments:
Post a Comment