Hujan pun berhenti
Cahaya matahari sore
kembali meninggi
Langkah kaki yang
sempat terhenti,
Kulanjutkan kembali…
Di depan toko dekat
lampu merah tadi,
Di situlah aku
menitipkan resah hati ini
Aku yakin kamu tidak
melihat pria lusuh yang kedinginan ini berjalan kaki.
Di seberang jalan
dalam sebuah warung makan kamu sedang asik bercengkrama dengan lelaki berbaju
lebih rapi.
Hujan memang tidak selamanya
menenangkan
Setidaknya bagiku saat ini
Setiap tetesan air hujan dan gelak
tawamu seolah terdengar lebih keras ratusan kali lipat
Memekakkan telinga dan menyesakkan
dada
Dulu memang hujan
telah mempertemukan hati kita di tempat ini
Tempat yang sama
dengan pertemuanmu dengannya
Tapi tidak semua
hujan yang jatuh disambut lembut oleh bumi
Terkadang harus
terhempas dari kaca depan mobil, jatuh ke aspal baru mengalir ke tanah
pinggiran trotoar.
Atau saling berpacu
agar segera kembali ke dasar selokan mataram.
Namun, seperti kita,
hujan kadang tertawa dan menangis bersamaan.
Tapi aku yakin setiap
takdir hujan selalu lah baik
Air hujan selalu tahu
tempat untuk kembali
Mungkin sudah saatnya aku
membiasakan diri,
Untuk selalu membawa payung iman
agar tak tek tergoda untuk sejenak berhenti,
Atau harus memilih jalan lain
untuk segera pulang meski berjalan di bawah hujan
Karena hati yang dibangun
ditengah hujan hanya lah sementara seperti sandiwara dunia
Hati yang abadi adalah yang disucikan
untuk Pemiliknya menuju tempat akhir ia kembali.
Yogyakarta, 21
November 2015
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete