Saturday, November 21, 2015

Tawa Tangis Hujan




Hujan pun berhenti
Cahaya matahari sore kembali meninggi
Langkah kaki yang sempat terhenti,
Kulanjutkan kembali…
Di depan toko dekat lampu merah tadi,
Di situlah aku menitipkan resah hati ini
Aku yakin kamu tidak melihat pria lusuh yang kedinginan ini berjalan kaki.
Di seberang jalan dalam sebuah warung makan kamu sedang asik bercengkrama dengan lelaki berbaju lebih rapi.
            Hujan memang tidak selamanya menenangkan
            Setidaknya bagiku saat ini
            Setiap tetesan air hujan dan gelak tawamu seolah terdengar lebih keras ratusan kali lipat
            Memekakkan telinga dan menyesakkan dada
Dulu memang hujan telah mempertemukan hati kita di tempat ini
Tempat yang sama dengan pertemuanmu dengannya
Tapi tidak semua hujan yang jatuh disambut lembut oleh bumi
Terkadang harus terhempas dari kaca depan mobil, jatuh ke aspal baru mengalir ke tanah pinggiran trotoar.
Atau saling berpacu agar segera kembali ke dasar selokan mataram.
Namun, seperti kita, hujan kadang tertawa dan menangis bersamaan.
Tapi aku yakin setiap takdir hujan selalu lah baik
Air hujan selalu tahu tempat untuk kembali
Mungkin sudah saatnya aku membiasakan diri,
Untuk selalu membawa payung iman agar tak tek tergoda untuk sejenak berhenti,
Atau harus memilih jalan lain untuk segera pulang meski berjalan di bawah hujan
Karena hati yang dibangun ditengah hujan hanya lah sementara seperti sandiwara dunia
Hati yang abadi adalah yang disucikan untuk Pemiliknya menuju tempat akhir ia kembali.

Yogyakarta, 21 November 2015

1 comment:

Buku Saku 'ISI PIRINGKU' - Health Promoting University (UGM)

Isi Piringku: Investasikan Kesehatanmu untuk Hari Tua Buku Saku ini bertujuan mengkampanyekan pola makan sehat dengan pemenuhan gizi seimban...